Eem Ratnaningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
'Menulis telah mengubah dunia Ku'

'Menulis telah mengubah dunia Ku'

“Menulis mengubah dunia ku”

Eem Ratnaningsih

Aku seorang guru sebuah sekolah swasta di ujung Kota Bekasi, tepatnya SMK Albahri. Sejak pandemi melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia, saat itulah banyak waktu luang yang dimiliki para guru. Ada pepatah mengatakan waktu bagaikan pedang. Memaknai dari pepatah tersebut tak ingin melewatkan waktu luang ini dengan sia-sia, banyak kegiatan yang dilakukan. Salah satunya lolos mengikuti seleksi beasiswa S2 bagi guru yang diadakan oleh salah satu universitas yang cukup ternama.

Di Awal pandemi, banyak orang tua yang belum terbiasa dengan pembelajaran daring. Begitu juga dengan anak-anak dan guru pun kesulitan bagaimana menyampaikan materi pembelajaran. Tentunya anak harus mempunyai telepon pintar untuk mengikuti kegiatan daring itu. Tak hanya telpon pintar kuota juga harus kenceng. Itu yang menyebabkan Apip tidak naik kelas, karena tidak memiliki telepon pintar seperti anak-anak lain. Jangankan telepon pintar tambah kuota, untuk makan saja mereka kesulitan. Darahku mendidih mendengar pembicaraan tentang Apip yang tidak naik kelas, karena tidak mengikuti daring dengan alas Apip tidak memiliki telepon pintar. Sementara tidak ada tindakan apapun yang dilakukan pihak sekolah untuk sekedar mencari tahu kenapa Apip tidak mengikuti daring.

Jiwa sosial ku bergejolak. Kudatangi sekolah tempat Apip menimba ilmu. Ku temui Kepala Sekolah dan wali kelasnya. Adu argumen dengan kepala sekolah dan wali kelasnya terjadi cukup sengit. Berbekal pengetahuan terkait pembelajaran di masa pandemi, akhirnya Apip naik ke kelas 6. Tentunya perjuanganku tidak cukup sampai disitu, ku asuh dan ku bimbing Apip selama kelas 6 sampai Apip dinyatakan lulus dan dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Selain kegiatan kuliah dan KBM daring, ku isi pula waktu luang ini dengan mengikuti beberapa pelatihan online. Belasan sertifikat ku dapat dari hasil pelatihan online. Namun, aku tidak membutuhkan sertifikat itu. Bagiku sertifikat itu tak ada artinya. Tidak bernilai angka kredit untuk kenaikan pangkat, karena aku hanya guru honorer. Tidak menyurutkan semangat ku, aku tetap mengikuti pelatihan-pelatihan itu hanya untuk mendapatkan pengetahuan agar aku bisa mengajar lebih baik lagi. Ku sempatkan juga untuk mengajari anak-anak SD yang orangtuanya kesulitan mengajari anak-anaknya sekolah daring.

Aku juga tergabung dalam grup menulis. Kuberanikan diri untuk menulis beberapa puisi, karena jumlahnya lumayan banyak digabung dengan beberapa teman jadilah buku antologi puisi ku yang bertema “Pada Suatu Masa”. Banyak informasi yang didapat dalam grup menulis itu. Salah satunya ada informasi perlombaan puisi dengan tema “ Kartini Masa Kini” yang diadakan oleh Perpustakaan Nasional RI, ku coba kirim puisi yang sesuai tema. Tidak berharap bahkan tidak percaya bahwa puisiku menjadi 50 puisi terbaik. Sangat senang walaupun hanya mendapatkan sertifikat dan buku yang berisi 50 puisi terbaik, salah satunya adalah karya ku. Tidak hanya itu, puisi ku dengan tema kemerdekaan juga lolos dengan urutan ke 9 dari 1000 yang terpilih. Tergabung juga dengan 30 guru senusantara yang menulis tentang pengalaman-pengalaman guru selama pandemi. Jadilah sebuah buku yang berjudul “ Kisah Inspiratif Guru”.

Di Ramadhan lalu, aku bersama teman-teman yang tergabung dalam grup menulis ditantang selama bulan Ramadhan ini untuk membuat satu hari satu puisi, dan terkumpulah 19 puisi ku yang bertema Ramadhan. Buku sudah dicetak dan rilis selepas lebaran ini dengan judul “ Romansa Ramadhan”. Aku juga melakukan penelitian tindakan terhadap kelas yang aku ajar selama pandemi ini. Hasil penelitian aku coba kirim ke link Kemendikbud yang aku dapat dari grup menulis. Alhamdulillah tulisanku lolos dari 671 pengirim menjadi 100 penulis yang dibimbing langsung professor handal dari berbagai universitas dan tim pokja publikasi artikel ilmiah dari Kemendikbud Ristek. Demikian kegiatan ku sejak pandemi awal sampai sekarang. Semoga pandemi cepat berlalu agar bisa bertatap muka dengan anak-anak dan Indonesiaku segera membaik. Aamiin Ya Robbalamin. Terimakasih Bu Intan Irawati, yang sudah dengan sabar membimbing saya untuk mau menulis walaupun tak bisa menulis. Menulis telah mengubah dunia ku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post